Selasa, 26 Juni 2018

Prioritas Pengawasan

Prioritas Pengawasan
Di zaman yang serba canggih ini, masyarakat semakin berpeluang menyampaikan gagasan dan aspirasi. Ketika ada kesalahan yang dilakukan tokoh atau selebritis, biasanya kita akan nimbrung untuk ikut berkomentar dan menegur orang-orang tersebut. Bahkan seakan jika kita tidak ikut yang semacam itu, kita termasuk orang-orang yang katanya tidak up to date atau tidak kekinian. Semua orang terbawa arus. Akhirnya mereka menjadi lupa bahwa dalam islam ada prioritas dan ini menjadi penting jika kita benar-benar mau peduli dan memperhatikan. Amati firman Allah Azza Wa Jalla berikut ini.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
Mari kita renungkan firman Allah barusan. Siapa yang dipanggil? Orang orang beriman. Siapa itu? Mereka yang percaya pada Allah. Mereka yang percaya pada Allah bahwa keputusan Allah selalu yang terbaik dan tak akan pernah salah untuk kita. Lalu berikutnya kita lihat, Allah memberi kita perintah untuk menjaga diri kita dan kemudian keluarga kita. Dalam ayat ini, redaksi yang digunakan menggunakan wawu athof yang dalam kaidah bahasa arab artinya sejajar atau seimbang. Maksudnya, menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka merupakan hal yang tidak terpisah dan seharusnya memang dilaksanakan bersamaan. Bukan sendiri-sendiri atau secara bertahap menunggu kesempurnaan.
Dalam ayat tersebut diri sendiri disebut dahulu baru kemudian keluarga. Mengapa? Itulah prioritas. Kita tidak harus sempurna baru menegur keluarga. Tapi sebelum menegur kita harus bercermin dulu. Sudahkah kita melaksanakan yang kita sampaikan. Itulah prioritas, benahi diri dulu, baru kemudian pihak lain. Tapi jangan menunggu sempurna, atau menunggu menjadi manusia tanpa salah baru kemudian menegur kelurga. Keliru, sambil membenahi diri, membenahi keluarga, tapi utamakan diri sendiri dulu. Bagaimana dengan keluarga lain? Tidak disebutkan. Mengapa? Karena sudah cukup, andai semua orang peduli pada diri dan keluarga pribadinya, semua keluarga akan baik. Sebaliknya, jika semua peduli keluarga lain. Keluarga sendiri akan kacau dan akhirnya semua keluarga menjadi kacau dan tidak saling membenahi dan sibuk mengoreksi keluarga lain yang bukan tanggung jawabnya. Semoga kita bisa semakin mengerti prioritas.
Ahad, 24 Juni 2018
Rizky Aji Purwantara

Renungan Idul Fitri 1439 H