Senin, 28 Maret 2016

Mindset Power



















Mindset Power




















Rizky Aji Purwantara
Friday, January 08, 2016. 6:49:59 PM
Bila orang-orang yang lalai diam, maka berjalanlah.
Bila orang-orang yang lalai berjalan, maka berlarilah.
Bila orang-orang yang lalai berlari, maka tidurlah.
Bila orang-orang yang lalai tidur, maka bangunglah.
Bila orang-orang yang lalai bangun, maka terbanglah.

Maksudnya, saat manusia bersantai-santai dalam kebodohan, giatlah dalam usaha mencari ilmu untuk bekal hidup kekal.

Bila orang lain mulai berusaha memahami suatu pelajaran, engkau sudah harus dengan gigih menghafalkan.

Bila orang lain sibuk mencari dunia hingga lupa waktu, maka beristirahatlah dalam rahmat dan kasih sayangnnya.

Bila manusia kelelahan dan enggan dimuliakan oleh tuhannya, bergegaslah dalam kerinduan mendalam bertemu pencipta.

Bila manusia baru menyadari hidup hanya sesaat dan sebentar lagi mereka tiada, kau sudah harus tersenyum melihat taman.
-         Aji
Saturday, January 09, 2016. 12:14:55 PM
Wahai para generasi pecinta ilahi…
Hari-hari yang sulit telah menanti…
Adakah kau mundur dari cinta-Nya?
Atau berjuang menuju cahaya-Nya?
-         Aji
Sunday, January 10, 2016. 12:14:44 PM
Belajar dari musuhmu*, ia tahu Rasulullullah telah dijamin.
Soal usaha, ia tidak menyerah!
Belajarlah dari musuhmu, ia sadar sebab Adam dirinya dilaknat.
Soal berdo’a, ia tidak menyerah!
Lalu, meniru siapa kau usaha saja tak mau, berdoa pun enggan? Terkutuk kau mengaku prajurit iblis. Iblis enggan menoleh, apa-lagi Rasulullah. Berjuanglah, usaha & do’a tak pernah sia-sia !!!
-         Aji, *Iblis
Aku tahu mengeluh akan meredupkan hati. Maka aku akan bekerja dengan semangat. Kutuntaskan segala kesibukan duniaku untuk segera bertemu, berjumpa berdua dengan satu-satunya Dzat yg dapat menghapuskan dahaga rinduku. Berdua!
-         Aji
Allah menyapa setiap hati dengan senyum petunjuknya.
Tapi aku mengabaikan, kebodohan telah menyelimuti hati sehingga buta ia terhadap cinta. Ya, aku tak tahu harus kemana padahal sudah jelas saat ini Ia menatapku tanpa ragu. Tolong!*
-         Aji,*[2:45]
Tiada satu dzat pun, mampu mendekati-Nya tanpa uzlah.
Rasul di gua hira, al-kahfi di guanya, dan mayat di liangnya.
Yang kau cintai takkan menyesatkanmu.
-         Aji
Jangan pernah kau kata dirimu sedang jauh dari diri-Nya.
Sadarlah, itu hanya perasaanmu…
perasaan yang kau sendiri tak tahu bagaimana cara mengendalikannya. Ingat, Ia lebih dekat dari dirimu.
-         Aji
Jangan pernah menuhankan dirimu dengan berkata, aku ber-ibadah karena ilmuku, aku dekat dengan-Nya karena ilmuku, dia mendapat petunjuk karena ilmuku, dan bla-bla-bla yang lain selain Ia. Tapi katakanlah, “Aku percaya, semua ini dari-Nya”
-         Aji, [3:7]
Monday, January 11, 2016. 5:14:29 PM
Jiwaku terapit diantara dua lautan, lautan kegelapan milik setan dan lautan cahaya dari Allah. Aku bodoh, tapi selalu berusaha memilah mana tangan-tangan-Nya. Karena cahaya itu berbeda.
-         Aji
Mursyid pertamamu adalah ulama’, taati ilmu mereka. Mursyid tertinggimu adalah Rasulullah, beliau utusan-Nya. Dan mursyid utamamu hanyalah Allah, semua keputusan ada pada ridhoNya.
-         Aji
Berapapun mutiara^ yang kau dapat, itulah derajatmu.
Berapapun ikan paus* yang kau jerat, itulah bekalmu.
Dan ikan hiu~, ia tidak wajib namun bila menangkapnya, keren!
-         Aji, ^Ayat dan hadits, *perkara-perkara wajib, ^Istiqomah sunnah
Monday, January 11, 2016. 8:54:38 PM
Saat uzlah hati dalam keheningan untuk mendekatkan diri secara spiritual kepada Allah, wahai para pecinta-Nya engkau pasti melewati dinding pertama yaitu barisan jutaan setan yang mengajakmu malas ibadah dan membisikkan keputusasaan. Bila engkau menyerah, engkau akan ditawan dan menjadi budak kegelapan mereka selama-lamanya. Bila berhasil lari dari mereka karena istiqomah kau mengamalkan dzikir dari mursyidmu, atas izin Allah, engkau akan berada dalam tempat dimana ia terletak diantara barisan setan dan cahaya malaikat. Awalnya, hatimu mungkin agak sedikit kacau, terasa seperti orang gila karena kau merasa sangat ramai dalam dadamu padahal disekitarmu tidak ada seorang pun dan engkau memang tengah berada dalam keheningan. Setelah engkau terbiasa mendengar dan mengamati suara-suara ghaib mereka, InsyaAllah engkau akan mampu membedakan mana ajakan setan dan mana ajakan malaikat, dua-duanya indah yang satu menawarkan kenikmatan dunia yang lain menawarkan keajaiban surga. Jangan salah sangka, menurutmu setelah tahu mana ajakan setan dan mana ajakan malaikat kau bisa dengan mudahnya memilih ajakan malaikat-malaikat di sekelilingmu. Sebenarnya sejak engkau lahir mereka telah berdebat argumen untuk membuatmu yakin dalam mengambil setiap keputusan. namun dengan cahaya dzikir yang Allah anugerahkan untuk menghidupkan hatimu yang dulu kering dan tandus , telinga hatimu kini lebih tajam dibanding dulu. Bila kau tahu ilmunya mengusir setan, ajakannya akan tertahan sehingga dorongan dari malaikat akan terus membawamu melesat menuju wilayah suci. Bila kau telah berada di wilayah suci engkau takkan mendengar apapun. Mulutmu akan bungkam seribu bahasa tanpa ada sepatah katapun yang dapat kau ceritakan. Engkau akan diperlihatkan tempat yang tidak tergambarkan oleh sifat-sifat duniawi. Warna yang tidak pernah kau lihat sebelumnya di dunia. Dan keheningan yang tak pernah kau jumpa, di manapun  kau pernah berada. Namun sayup-sayup suara malaikat kadang masih terdengar dari alam malakut jika sesekali engkau tergelincir, begitupun setan… kau kira ia rela dirimu berada dalam wilayah Allah? ia akan terus mencari cara dan selalu mencari cara. Hanya dengan ilmu-Nya kau mengalahkan musuhmu, hanya dengan pertolongan-Nya kau akan mampu taklukkan egomu. Ini yang harus kau lewati para pencari Allah, jangan harap perjalananmu mulus bila bekal ilmumu masih mengandalkan pendapat dan pikiran-pikiran pribadi.
-         Aji
Tuesday, January 12, 2016. 2:23:49 PM
Hati-hati dg setan, ia menyisipkan berbagai kebenaran yg tidak diridhoi oleh tuhanmu hingga seakan Tuhan menitipkan berbagai rahasia ilmunya padamu. Ilmu Allah bukan rahasia.
-         Aji
Tuesday, January 12, 2016. 5:07:37 PM
Allah maha adil, yang hanya ingin mendapat wajah Allah di dunia, kelak mendapat. Yang enggan dunia, diganjar surga. Yang sibuk mengejar dunia, ia mendapat jurang karena di akhirat dunia-dunia yg dulu mereka banggakan ditelan jurang.
-         Aji
Tuesday, January 12, 2016. 7:43:29 PM
Jangan heran kau dengan sholehmu, tanpa kesehatan darinya apa yang bisa kau perbuat? Jangan bangga kau dengan derajat ingat-ingat selalu dari air apa kau dulu diciptakan! Hei, MANI…
-         Aji
Aku tahu jeratan setan membuatmu berat untuk hidup, bahkan bernafas saja susah. Tapi kalau kau enggan memotong rantai-rantai jeratan setan*, berarti kau menyayangi setan-setanmu!
-         Aji, *dzikir
_Sebuah_Do’a_Tentang_keteguhan_hati_
Ya Allah, aku sadar betapa lemahnya diriku, ilmuku, jiwaku, ruhku, fisikku. Aku tahu musuhku lemah, tapi tipuannya benar-benar menyilaukan. Bahkan terkadang aku tak sadar bahwa selama ini mungkin mereka mengincarku. Ya Allah, tolonglah diriku dari godaan mereka seperti Yusuf, nabimu. Teguhkanlah hati kami dari tipuan mereka seperti hati Rasulullah. Dan jauhkanlah kami dan anak cucu keturunan kami serta seluruh orang-orang mukmin yang ikhlas dari mereka dan jadikanlah mereka lari terbirit-birit seperti saat mereka mendengar adzan dan saat mereka bertemu dengan sahabat Umar ya Allah. Ya, Allah… wa maa umirtu illa lia’budaka mukhlishiina laka ddiin.
-         Aji
Kini kau sudah tahu pedang  pemutus urat leher iblis hanyalah dzikir, tapi hati-hati… setan-setan kecil punya sesuatu bak silet kecil untuk menggoda yg seringkali membuat ulama bahkan para nabi pun ikut-ikutan kewalahan. Apa itu?
-         Aji, [6:68,18:63,25:28]
Tak ada yang dapat kau harapkan dari ilmumu jika Allah tiba-tiba menghendaki dirimu amnesia. Bersyukurlah atas satu-satunya nikmat Allah di dunia yang ternikmat yaitu: “i...nga...t
-         Aji
Setan pun tahu nafsu yg terselip di hatimu, bila engkau rindu kenikmatan surga. Ia akan menawarimu dg surga versi mereka. Hati-hati, jangan engkau tergesa-gesa…
-         Aji
Wednesday, January 13, 2016. 12:30:17 PM
_Pelajaran_Ihsan_Seakan engkau melihat Allah_
Saat seseorang hanya melihat wajah Ayahnya, bolehkah ia berkata, “aku telah melihat Ayahku”?. Saat ia hanya melihat kaki ayahnya dan ia yakin itu memang kaki Ayahnya lalu ia berkata, “Beberapa saat yang lalu aku melihat Ayahku.” Dusta-kah ia? Lalu bagaimana dg seseorang yang melihat foto Ayah-nya lalu ia berkata “Aku melihat Ayahku”. Apakah kau hendak memakinya dan mengatakan. “Jangan berkata seperti itu, tapi katakanlah… Aku melihat foto Ayahku!” Padahal saat itu orang yang engkau ajak bicara sedang sedih. Dan ia teringat almar-hum ayahnya yang setahun lalu meninggalkannya. Sekali lagi kutanya, salahkah bila seseorang mengatakan hal-hal tadi? Ini masalah hati, seseorang yang memiliki perasaan yg sama pasti tahu apa yang dimaksud orang di sekelilingnya. Tidak harus menyebutkan secara rinci dan detail bila sama-sama telah memahami. Silahkan merenung dan bila anda telah paham, simak cerita di bawah ini. Seseorang berkata, “Aku telah meli-hat tuhanku”. Apa kau hendak memakinya karena mengang-gapnya pendusta. Tanyakan dulu padanya, “Apa maksudmu?” Aku melihat –petunjuk- tuhanku… sangat nyata!. Dusta-kah ia? Tentu tidak, kita saja yang tidak paham maksudnya. Lalu siapa yang salah? ya dia… ‘saat’ ia mengatakan itu dengan sengaja agar pendengarnya bingung. Dan bisa jadi ‘kita’! Kita yang sa-lah karena terburu-buru menghakimi perkataan yg belum sempurna kita pahami. Sekali lagi saat seseorang melihat pohon, dan ia berkata, Aku melihat tuhanku. Apakah anda juga akan langsung mencelanya? Coba tanya dia dulu apa maksud-nya, bila ia memang meyakini pohon itu tuhannya dan dia terang-terangan berkata, aku menyembah pohon. Aku berdo’a pada pohon. Silahkan mengajaknya pada tauhid dan kenalkan-lah Allah padanya. Tuhan kita yang maha esa itu Allah. Hanya dia satu-satunya tuhan yang berhak disembah. Bila ia meneri-ma, alhamdulillah, bila menolak, itu urusannya dengan Allah. Jangan dibunuh… sungguh agama islam bukan agama bunuh-membunuh seperti yang orang-orang nonmuslim fikirkan. Kita hanya membunuh orang yang berusaha membunuh atau men-celakakan kita. Jadi itu dalam rangka membela diri, bukan lan-tas membunuh seseorang yang tidak sepaham dengan kita. Contoh, bila kita sedang ibadah… lalu ada seseorang yang tidak suka dengan cara ibadah kita berusaha membunuh kita. Nah, itu yang wajib kita perangi. Bukan sekedar pasrah dan rela dibu-nuh oleh mereka. Allah lebih mencintai mukmin yang kuat. Mengenai pohon tadi, bila ia berkata, pohon adalah makhluk Allah. Dan pohon ini mengingatkan aku pada Allah. Apakah an-da baru setuju? Padahal menurutku itu tidak tepat, Bukan pohon yang mengingatkan kita pada Allah. Justru Allah yang mengingatkan kita pada pohon itu. Paham?  Maksudku, Allah… Sang maha pemberi petunjuk mengingatkan kita bahwa pohon itu hanyalah makhluk ciptaannya. Takkan ada pohon di bumi ini tanpa seizinNya. Jadi, seakan-akan Allah menyadarkan benak kita “Hei, lihat pohon itu… siapa yang menciptakannya?”.Bila beriman, Hati kita pasti menjawab dengan tunduk, “Engkau ya Rabb… Engkau Maha pencipta, maha suci engkau… tidak ada yang bisa menyamaimu dalam menciptakan sesuatu.”
Jadi, siapa yang mengingatkan kita? Pohon itu mengingat-kan kita pada Allah, atau Allah yang mengingatkan kita bahwa pohon itu adalah ciptaanNya sehingga kita semakin ingat dan tunduk pa-da Allah? Itu baru pohon… lalu jantung, paru-paru, usus, nafas yang tak terlihat, akal yang kita gunakan untuk berfikir, pemikiran kita yang seringkali abstrak dan tidak dapat dipahami oleh orang lain. Jadi, sebenarnya… bagaimana menurut anda saat ada seseorang yang mengatakan “POHON itu mengingatkanku pada Allah” orang itu benar atau salah? Salah kan? Hei, mana yang ada dulu, pohon atau Allah? Allah kan? Maka siapa yang mengingatkan, pohonnya atau Allah? Ya jelas Allah lah!!! Allah tentu lebih utama. Sama utamanya saat seseorang lebih memilih mengatakan aku melihat ayahku daripada aku melihat foto. Paham? Nah, itulah orang-orang yang lalai… ucapannya kadang tidak dipertimbangkan terlebih dahulu, ia terburu-terburu terbawa perasaannya. Lalu, bagai-mana sikap kita? Biarlah… bukankah selama ini kita juga sering lalai? Akui saja kebodohan, ketololan, kehinaan, kemunafikan, dan dosa kita pada Allah. Allah maha pengampun, Ingat! Hanya pada Allah. Tidak perlu mengeluh pada makhluk, aib yang sudah Allah tu-tup adalah rahmat, harusnya kita malu pada Allah. Lagipula, ini hanya masalah bahasa. Aib kita saja segu-nung, kok mau mencela orang-orang yang belum tentu di ma-ta Allah salah. Semua adalah makhluk Allah, dan tidak perlu diperdebatkan, apakah Al-Qur’an itu makhluk, atau bukan makhluk, yang jelas… Al-Qur’an adalah firman Allah. Petunjuk Allah. Bila kau mengaku hidup hanya demi mencari ridha Allah silahkan renungkan, ridhakah Allah saat kita memperdebatkan hal-hal yang seperti itu? So, hati-hati dengan mulut. Sudah je-las, keberadaan Allah itu di atas Arsy, dan arsynya di atas air. Tapi Allah maha mendengar, lebih dekat dari diri orang itu sen-diri. Dan terpenting, Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai dzatnya. Dan tidak perlu kita paksakan membayangkan, bagai-mana Allah itu. Itu adalah ajakan dari setan, karena selamanya takkan  mungkin kita sanggup membayangkan Allah bila kita ha-nya menggunakan akal kita. Kita merenungkan penciptaan la-ngit dan bumi saja kewalahan. Iya kan? Adapun saat kita berte-mu dengan orang-orang yang memaksakan diri dengan mensi-fatkan perumpamaan-perumpamaan kepada Allah, jadikan saja itu pengetahuan dan tidak perlu kita ikut menghakimi, apalagi mengkafirkan. Satu lagi, bila seseorang melihat ayat Allah, dan berkata Aku melihat Allah, Aku menyaksikan Allah, Aku me-nyaksikan kebenaran Allah, atau Aku bersaksi (setelah melihat ayat ini) bahwa tiada tuhan selain Allah, maka tuntaslah per-kara, orang yang mengaku melihat Allah padahal sebenarnya ia melihat (ayat) Allah, bukankah bahasanya serupa dengan o-rang yg mengaku melihat Ayahnya padahal sebenarnya ia melihat (foto) Ayahnya. Terkadang sulit dipahami memang, intinya saat bertemu orang yang tidak sepaham dengan kita jangan terburu-buru menghakimi, adakan pembicaraan dari hati ke hati dan belajarlah mendengar hingga “TUNTAS”. Se-hingga, tidak menimbulkan pertikaian, perselisihan, dan perde-batan yang tidak diridhoi oleh Allah. Contoh, ada orang yang berkata, “Sungguh, aku ini Allah…” lantas kita memotong uca-pannya dan berkata, “Stop, salah! SALAH!, kamu kafir, kamu kafir, sama saja engkau dengan fir’aun… mengaku tuhan! Ingin disembah!” ups… hati-hati, belum tentu yang kita pahami ada-lah apa yang seseorang maksud.
“Belum tentu yang kita pahami adalah apa yang seseorang maksud.”
Maka  hati-hati, jangan-jangan kita berniat meluruskan pema-haman yang menurut kita salah, berniat amar ma’ruf nahi mun-kar, padahal sebenarnya kita sedang mengomentari dan meni-lai sebatas “pemahaman terpotong” kita yang belum tentu maksudnya adalah sama persis dengan apa yang disampaikan seseorang di sekeliling kita. Bukankah itu menunjukkan kebodo-han kita? Saat ada tiga anak kecil berdebat, “itu buku!, bukan… itu kertas!, hei, kalian salah… itu tulisan…” atau, “itu  minu-man!, bukan, itu air! Bukan itu gelas…!” maka, harus diperhati-kan dengan sekasama, jangan “gegabah” dalam menilai karena itu menunjukkan kalau kita “bodoh”. Saat kita menyadari kebo-dohan kita terhadap ilmu Allah, atau ilmu Allah yang dianuge-rahkan kepada orang-orang terpilih seperti para nabi dan para wali, kita harus sadar dan belajar mau mendengar. Kita tidak boleh memungkiri kebenaran disisi Allah, bahwa Allah maha kuasa, tiada yang mustahil atas izin Allah. orang yang tidak per-caya ada manusia setingkat wali berarti dia juga tidak percaya pernah ada manusia setingkat nabi. Hati-hati! Bila sadar ilmu ki-ta belum mencukupi, jangan terburu-buru menghakimi, dan menganggap diri lebih bijak dari Allah dalam menilai segala se-suatu. BELAJARLAH MENDENGAR… . Seperti contoh tadi, sebe-narnya yang dimaksud orang yang berkata, “Sungguh, aku ini Allah…” bukan seperti yang dikatakan fir’aun, ia berkata, “Aku tuhan kalian yang maha tinggi”. Yang tahu hanya hati, dan yg mampu menilai hati hanya Allah. Iya kan? Kita memang berhak menilai dzahir, karena hanya itu yang kita mampu. Tapi ingat, hati-hati! Engkau HANYA pemberi peringatan. Bukan pembuat keputusan. Bukan yang Maha Benar. Engkau ingin menuding kekafiran pada hamba Allah, padahal masih ada secuil perasaan sombong fir’aun yang terselip di hatimu.”merasa paling benar”. Itulah sifat fir’aun  yang harus kita akui kadang terselip dihati ki-ta. Teladanilah rasulullah, beliau tidak malu mengatakan, “aku tidak tahu” saat ditanya tentang kiamat, dan menyalahkan diri saat pulang malam dan menghadap istrinya. Bukannya mencari-cari dalil dari Al-Qur’an dan hadits lalu dengan semena-mena menyalahkan orang-orang atau kelompok yang tidak sepaham dengan dirinya. Ini yang bahaya, kadang-kadang seseorang ha-nya bermodal “Tidak ada dalam Al-Qur’an” atau “Itu tidak ada haditsnya”. Sekarang kutanya, tidak ada, atau belum tahu? Mengenai ucapan orang yang berkata, “Sungguh, aku ini Allah” itu adalah kalimat yang terpotong, bila kita membunuhnya saat mengucap itu,,, lalu ia tersenyum dan mati. Tiba-tiba ada petir menyambar jasad kita, lalu kitapun ikut mati. Kita disidang dan ditanya, mengapa kau membunuhnya? Ia mengaku tuhan, ia kafir. Lalu ditanya hamba tadi juga ditanya, benarkah? Maaf, ya Allah… aku hanya membacakan terjemahan Al-Qur’an surat At-Toha’ ayat 14. Benarkah? Apakah kau sengaja memotong ucapanmu agar terjadi fitnah? (Padahal Allah maha tahu tanpa bertanya) Tidak ya Allah, ia membunuhku sebelum aku selesai menerangkannya, aku sebenarnya ingin berkata,
“Sesungguhnya aku ini Allah, maka dirikanlah sholat untuk mengingatku, itu perintah Allah dalam Al-Qur’an. Maka tidak benar orang yang mengaku hatinya dekat dengan Allah lantas ia meninggalkan sholat karena alasan sudah dekat dengan Allah. Rasulullah saja yang dekat dengan Allah sholat malam hingga kaki bengkak. Lalu kita? Apa alasan kita? Sesungguhnya kita itu malas, dan malas dalam mendirikan sholat adalah ciri kemu-nafikan dan itu telah dijelaskan pula dalam surat Al-Munafi-qun. Itulah mengapa, bila kita benar-benar mencintai Allah, kita harus mengikuti rasulnya, meneladani Akhlak-akhlaqnya, seper-ti enggan berdebat, enggan menghakimi perkara yang tidak terlalu penting, tawadhu’, menyalahkan diri sendiri, dll. Adapun sholat adalah kewajiban yang paling utama dan kelak akan dita-nya pertama kali, bila ia baik… baiklah semua amalan, bila ia bu-ruk, buruklah semua amalan. Bahkan rasulullah memerintahkan kita untuk taat pada pemimpin yang keras atau suka memukul asalkan pemimpin itu masih melaksanakan sholat. Mari kita bertaubat dari Allah agar menggolongkan kita ke dalam golo-ngan orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus.” Lalu akan ditanya hatinya, benarkah yang ia ucapkan? Ya, saat ma-lam ia sholat, tak ada seorangpun melihatnya, di dunia ia sering dihina karena pemikirannya yang sulit dicerna, ia sering mena-ngis karena takut pada murkamu dan takut kalau-kalau penda-patnya salah sehingga malaikat menilainya salah bicara. Dia ju-ga menyadari berbagai kekhilafannya dan memohon ampun dg membaca penutup surat Al-Baqoroh. Aku saksinya, tak ada orang lain yang melihatnya.” Hati sudah menyampaikan kesak-sian dan argumennya, lalu berangsur-angsur kaki, tangan, mata, telinga, dan seluruh anggota tubuh dimintai kesaksian dan me-reka membenarkannya. Bila Allah kemudian mengampuni orang yang difitnah tadi lalu menimpali, “Cukup, hambaku tidak berdusta, Akulah yang Maha benar. Lalu engkau wahai pembu-nuh hambaku yang taat, apa ada yang ingin kau sampaikan?” Sudah tidak diragukan lagi saat itu mulut terkunci dan tidak perlu dibayangkan lagi apa yang akan terjadi setelah ini. Baik, mungkin cukup itu… aku hanyalah manusia yang sering salah. Kebenaran hanya milik Allah, namun kusarankan bagi anda yg merasa pintar dan mudah paham, hati-hati saat berbicara wa-lau aku tahu, perasaan anda mungkin sedang meluap-luap, tapi hati-hati! Tidak semua yang keluar dari mulut anda diridhoi. Kalau masalah diterima dan tidak diterima manusia itu tidak penting. Kebenaran tidak perlu persetujuan makhluk, hanya saja… kalau Allah tidak ridho? Itu saja yang perlu kita pertim-bangkan. Untuk anda yang merasa belum paham, cukup perca-ya saja bahwa “Hanya Allah ta’ala yang maha benar. Tiada se-suatupun yang menyerupai Allah, baik dalam dzat, sifat, mau-pun nama-namanya yang mulia” bila sudah sama-sama sepa-kat, maka cukup, hentikanlah memperdebatkan hal yang tidak diridhoi menuju bagaimana menyebarkan kalimat Allah sehing-ga nama Allah dapat ditegakkan di seluruh penjuru bumi dan tercapailah apa yang Allah sampaikan dalam firmannya, baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Ingat, Innamaa anta mudzakkir, lasta alaihim bimushaithir. Quu anfusakum (awwa-lan) wa ahliikum (tsaaniyan) naaron. Mulai dari diri sendiri, bila diri masih banyak khilaf, kenapa harus menghakimi?. Tapi ingat, mengingatkan saudara seiman juga wajib, bukankah surat Al-ashr adalah juga perintah Allah. Kita mengharap ridhonya, bukan berambisi pendapat kita diterima. Semoga Allah mengampuni semua tindak-tanduk dan ucapan kita. Innahuuhuwat-tawwaaburrahiim. Kafaratul majlis. Dari saya, belajarlah dari Rasulullah Saw saat dimintai pendapat untuk menghakimi, beliau kurang lebih bersabda, bila aku membenarkan salah satu dari kalian, maka yang aku benarkan sama saja aku memberinya api. Ups, semoga kita terhindar dari sifat merasa paling benar sehingga tidak sabar mendengar penjelasan orang lain. Dan semoga kita diberi kesabaran saat menghadapi keadaan apapun melebihi kesabaran nabi musa saat bertemu dengan sesosok orang yang bahkan namanya saja tidak tercantum dalam Al-Qur’an. Jadi, tidak harus jadi orang terkenal bila ingin ditinggikan derajatnya oleh Allah. Ihdinasshiraatolmustaqim. Inna akro-makum indallahi atqookum. Wallahu’alam bisshowab. Wassalamu’alaikumWr.Wb.
-          Aji
Thursday, January 14, 2016. 10:43:03 AM.
Aku bermimpi pergi ke perkumpulan tariqat dan aku mendapatkan 5 pesan.
-         Jagalah amanah (dari seorang bapak yang berenang)
-         Jagalah lisan (Tulisan di tembok dengan pancuran air)
-         Jagalah hati (Tulisan di pohon bambu bagian bawah)
-         Jagalah harta (anak kecil bercerita tariqot malikiah)
-         Jagalah niat (Tiga orang pemuda kembar berwajah putih, rambut hingga pundak)
Mereka mengumpulkan selembar Al-Qur’an hal 15 dalam kardus yang bertempelkan beberapa lembar yang sama.
-          Aji
My wishes before I die.
-         I’m happy because I will see Allah’s face in the day after.
-         I’m happy because I always try to meet Rasulullah.
-         I’m happy because I can understand Al-Qur’an & did them.
-         I’m happy because I can spread Islam all over the world.
-         I’m happy becz Allah always bring me to the straight path.
-         Aji
Saat berbuat apapun coba tanya diri anda, “apakah yang saya lakukan ini penting, mengapa?” iya, karena ini membuat saya bahagia, saya terhibur dengan melakukan ini. “Apakah harus dengan berbuat ini ada bahagia? Apakah hanya hal ini dalam hidup anda yang membuat anda terhibur?” tidak… maka sekali lagi, dan kesekekian ribu kalinya –semoga pertanyaan saya menyadarkan anda- sebenarnya untuk apa anda berada disini? Apakah yang selama ini anda lakukan benar-benar hal yang menurut anda itu penting? Terakhir, “APAKAH INI PENTING?”
-         Aji
Friday, January 15, 2016. 10:58:07 AM
Seseorang terlahir dengan seperempat jiwa dalam raganya, yg tiga harus ia gali, yg terakhir harus ia latih.
-         Zakiyah : Plegmatis
-         Ammarah : koleris
-         Lawwamah : melankolis
-         Mutmainnah : Sanguinis
-         Rodiyah Mardhiyah : Bijak
-         Aji
Tuesday, February 09, 2016. 12:17:12 PM
Bila ada 1000 orang dan 100 diantaranya penyabar, katakan bahwa saya harus menjadi orang yang sabar.
Bila ada 100 orang dan 10 diantaranya penyabar,
katakan bahwa saya adalah orang yang sabar.
Bila ada 10 0rang 1 orang saja yang bersabar,
Katakan bahwa saya adalah orang yang sabar.
Karena kesabaran adalah kemenangan.
-         Aji
Tuesday, February 09, 2016. 7:51:06 PM
Terpenting dalam suluk adalah posisi duduk, maka duduk rapatlah bersila sebagai lambang diamnya tenang dalam kebijaksanaan. Mata kaki kanan tersimpan rapi di bawah paha kaki kiri laksana secuil kebaikan batin dibawah keburukan besar sedang kecilnya kebaikan tersembunyi ketat bak aib bukan untuk keangkuhan. Mata kaki kiri dibawah paha kaki kanan menunjukkan penilaian manusia terhadap keburukan isi hatinya yang seringkali lalai dan samar namun saat mencoba melihat dzohirnya yang terlihat hanyalah besarnya kebaikan dalam dirinya. Maka saat manusia mencela dzohir kita tidak perlu memamerkan kesucian batin kita dan saat manusia memuja dzohir kita jangan sampai kita lalai dengan hakikat keruhnya batin kita.  Kebaikan maupun keburukan saling menutup dan menghalangi satu sama lain sebagai tanda bolak-baliknya hati yang rawan kepada perubahan yang cenderung mengajak setiap jiwa untuk menuruti ketidakseimbangan. Kalaupun ada batin yang diketahui oleh makhluk Allah bukan menjadi hal yang menyedihkan karena setiap yang tersembunyi maupun tersingkap tidak lain pasti terjadi setelah izin Allah Azza Wa Jalla, sama seperti batin bagian bawah kaki yang kita sembunyikan rapat-rapat namun tetap saja masih dapat dilihat oleh makhluk kecil Allah Azza Wa Jalla yang sekelas semut, apalagi aib kita di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Betis kaki kanan di depan kaki kiri lambang warna-warni kehidupan yang pasti dihiasi oleh perkara baik dan buruknya namun sebaik-baik jiwa adalah yang menyegerakan diri dalam kebaikan dan menuju perbaikan terus menerus tak pernah henti walaupun selalu diterjang oleh angin keputusasaan sehingga menjadi seberkas ruh yang senantiasa terdepan dalam mengejar apapun yang disebut dengan kebaikan. Telapak kaki kanan berada di sebelah kiri sedang telapak kaki kiri berada di sebelah kanan menunjukkan kemahaadilan Allah Azza Wa Jalla menimbang setiap kebaikan dan keburukan dengan detail dan penuh kebijaksaan. Kebaikan di sisi kita bisa jadi merupakan keburukan di mata Allah sedang keburukan di sisi kita bisa jadi adalah kebaikan yang Allah Azza Wa Jalla tetapkan untuk kita. Identitas adalah hal yang pasti seperti halnya jari kaki maka sekecil apapun jari kaki kanan dibandingkan paha kaki kiri serta dimanapun letaknya baik di kanan maupun di kiri bahkan ke arah kiblat manapun seseorang menghadap maka jelas yang jari kanan akan disebut kanan dan yang jari kiri akan disebut kiri maka sama halnya dengan kebaikan dan keburukan siapapun yang menilai kapanpun dan dimanapun penilaiannya sudah pasti benar salah adalah hal mutlak di sisi Allah Azza Wa Jalla. Orang disekitar kita hanya bisa menilai dzohir persis seperti orang sebelah kanan kita yang merasa suci hingga hanya mau melihat telapak kaki kiri kita padahal kaki kiri itu ada di sebelah kanan dan orang di sebelah kiri kita merasa kotor sehingga berlebihan menghormati, memuliakan, dan menganggap kita suci padahal perasaan bergelimang kesucian dan mau di sucikan itulah yang paling mungkin bisa menjerumuskan seseorang ke lembah kekufuran  yang paling dalam. Rapatnya kaki menunjukkan kesungguhan manusia untuk mempertimbangkan setiap keputusan yang telah secara rahasia tertulis di dalam ilmu Allah Al-Alim sehingga ia dapat dengan tegas menjawab apapun yang ditanyakan oleh malaikat saat diinterogasi tentang setiap kebaikan dan keburukan yang melekat dalam jiwa, ruh, jasad, dan hati maupun pikirannya. Pemahaman mendalam tentang memperhatikan pertimbangan antara baik dan buruk sehingga sempurna kesiapan hidup yang ada merupan pondasi yang menentukan kokoh tidaknya setiap jiwa dapat duduk tegak memandang kehidupan semu maupun nyata yang ada di hadapan maupun yang masih berupa gambaran. Punggung yang tegak menunjukkan kuatnya prinsip dan bulatnya tekat untuk mengibarkan bendera perang kepada setiap makhluk Allah Azza Wa Jalla yang mengganggu suluknya sehingga kedekatannya pada Allah Azza Wa Jalla menjadi jarak yang menimbukan kerisauan jiwa dan kacaunya hati saat terpaut waktu dengan mulianya cita-cita yang sesaat lagi didepan mata atas izin Allah Azza Wa Jalla akan segera dicapainya. Pertahanan untuk menjaga tegaknya punggung menunjukkan kesungguhan seseorang dalam mengejar cita-citanya serta komitmen seseorang untuk senantiasa berada di bawah naungan cahaya serta berada diatas jalan yang lurus untuk selalu istiqomah, tawakkal, dan ridho atas setiap hal menimpa keadaannya. Punggung terasa ditarik ke belakang seperti keadaan malaikat maut saat mencabut nyawa serta setan-setan neraka yang meronta-ronta berniat mencari teman-teman setia. Tangan kanan dan kiri yang lurus bagaikan tali Allah Azza Wa Jalla yang berupa Al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman tafsir yang jujur, sesuai hati nurani, serta tepat seperti apa yang disepakati oleh utusan Allah Azza Wa Jalla. Paku terasa menancap antara lutut dan pergelangan tangan menunjukkan ketergantungan kita pada Allah Azza Wa Jalla dan kesadaran penuh kita bahwa tanpa bimbing mutlak dari Allah Azza Wa Jalla, setiap orang tetap akan tergelincir ke belakang bila ia hanya puas dengan merasa berpegangan dengan tali Allah tanpa kesadaran haqiqi bahwa tali yang benar hanyalah mutlak tali oleh dan pemahaman yang paling benar atas ta’wilnya tentu hanya dapat dipastikan oleh Allah Azza Wa Jalla. Tidak ada satupun yang boleh mengklaim kebenaran ada di sisinya, sekaligus tidak ada yang boleh menyalah-nyalahkan orang yang mengklaim kebenaran telah ia terima dari Allah Azza Wa Jalla, bahkan ikut mencela orang yang mencela suatu kelompok sama saja bisa digolongkan termasuk salah satu kelompok pencela. Saat jasad sudah siap bersatu dengan alam semesta maka biarkan jiwa merasakan kembali proses penciptaan dalam benaknya sehingga setiap hembus lembut nafas yang mengalir dari hatinya membuatnya semakin sadar setiap pergerakan makrokosmos dan mikrokosmos yang sering tidak ia sadari dan tentunya mustahil seseorang dapat mensyukuri sesuatu yang tidak ia sadari. Saat merenungkan dan hanyut dalam setiap keseimbangan yang ada dalam setiap hal seseorang akan merasakan kedamaian, ketenangan, dan penerimaan atas setiap yang ia hadapi dalam kehidupannya. Keseimbangan yang ia sadari akan membuatnya mengucap jutaan ungkapan terima kasih kepada Allah Azza Wa Jalla dari dalam lisan lubuk hatinya yang terdalam sehingga terasa getaran kelembutan sayup-sayup menembus kedalam rongga-rongga rusuk dan menumbuhkan benih-benih cinta dan kebijaksaanaan serta keteguhan hati dan mental yang telah dialiri oleh energi dahsyat yang Allah Azza Wa Jalla gunakan untuk membuat benda-benda langit berputar satu sama lain dengan penuh cinta, keindahan, serta keseimbangan. Maka terakhir jadilah salah satu dari makhluk langit yang kakinya masih menempel dan melekat di kulit bumi namun jiwanya telah lepas dan terbebas dari setiap batas yang ada berenang dalam samudera langit dengan planet-planet yang berputar perlahan bak pasir terhempas ombak cinta dan kasih sayang Allah Azza Wa Jalla. Biarkan dirimu hanyut dalam kedamaian. Izinkan Allah Azza Wa Jalla memperlihatkan setiap keindahan dan keajaiban yang ada dalam semesta kehidupan cukup dengan cara sadar mau untuk perlahan menerima dan kemudian merasakan.
-         Aji
Wednesday, February 10, 2016. 8:39:49 PM
Luangkan waktu menghitung kekayaanmu, tidak perlu jauh-jauh cukup berdiam di tempatmu, lalu lihat kelingking kaki kananmu. Mungkin kau tidak akan mau menjualnya satu miliyar, tapi anggap saja kamu harus. Karena kamu terpaksa. Faktanya, sekarang kelingking mungilmu yang –kita anggap saja- seharga satu miliar itu masih utuh dan menempel dengan baik di ujung kaki kananmu. Sungguh nilai yang tidak remeh, tidak akan ada orang bodoh yang menjual kelingkingnya. Maka jika anda adalah orang yang punya kelingking, anggap saja itu aset anda. Selama ia ada disana berarti tabungan anda adalah satu muliyar. Jari manis kaki kanan yang ada disampingnya juga kita nilai satu miliar, jari tengah anda satu miliyar, jari telunjuk anda satu miliyar, jempol anda satu miliyar. Ucapkanlah Alhamdulillah sebagai pujian bagi Allah yang masih mengizinkan anda merasakan nikmatnya memiliki jari kaki yang lengkap. Bagaimana dengan telapak kaki? Bila anda terpaksa harus menjualnya, berpa harga telapak kaki itu? Anggap saja nilainya satu triliyun. Bahkan mungkin walau anda akan menerima sepuluh triliyun anda pasti tetap enggan menjualnya. Hanya orang bodoh yang mau menukar anggota tubuhnya dengan uang murah kecuali seseorang itu memang benar-benar terpaksa. Maka ucapkan sepuluh kali pujian hamdalah dan itu jauh lebih mudah dan ringan sebagai bentuk terima kasih pada Allah karena telapak kaki kanan anda masih berfungsi dengan baik. Bagaimana dengan seluruh kaki kanan anda dari lutut hingga ke bawah? Bila seseorang tertarik memilikinya dan menawarkan kepada anda untuk mau menjualnya. Berapa nilai yang harus ia bayar untuk memiliki kaki kanan anda? Terbelikah dengan uang? Bagaimana bila ia seorang presiden dunia dan berani menyerahkan tujuh benua beserta isinya sebagai milik anda, gedung-gedung perusahaan di dalamnya, dan menjadikan seluruh warga di dalamnya sebagai pelayan setia anda yang siap mengabdi atas apapun yang anda minta tapi dengan syarat anda harus menukarnya dengan kaki kanan anda dari lutut hingga ke bawah? Coba perhatikan tawaran ini, kelihatannya menggiurkan. Tapi apa artinya seluruh benua ini milik anda, semua penduduknya pelayan anda, semua emas dan uang di dunia ini ada di saku anda bila anda harus menjerit dengan tangisan darah karena kaki kanan anda tinggal seonggok paha dan hilang bagian lutut hingga ke bawahnya. Maka dapat disimpulkan dunia dan seisinya ini tidak lebih mahal dari kaki kanan anda yang bagian bawah. Bahkan mungkin Dunia dan seisinya ini tidak penting jika untuk merampasnya anda harus mengorbankan jari kelingking kaki kanan anda. Saya yakin anda akan sepakat bila saya katakan jari kelingking kaki kanan anda jauh lebih mahal dari pada segala sesuatu yang kita kejar-kejar selama ini hingga menyita banyak usia dan membuat kita lupa bahwa tujuan hidup kita di dunia ini hanya untuk berterima kasih pada Sang Pencipta atas setiap organ tubuh yang mungkin selamanya tidak akan rela kita jual meskipun orang yang ingin membelinya menawarkan ganti berupa kemuliaan semu maupun kekayaan sesaat berupa bergunung-gunung harta yang tak ternilai jumlahnya.
Perbanyak terima kasih dan jangan tidur sebelum hutang tak ternilai anda telah terbayar atas nikmat Sang Pencipta.
-         Aji
Monday, February 15, 2016. 2:34:06 PM
Sabar adalah karakter para petarung. Sabar adalah karakter para pejuang. Karena setiap kesabaran pasti berbuah kemenangan. Godaan ada dua jenis, yaitu gambar dan asli. Banyak yang tidak mampu melewati ujian gambar. Padahal yang mampu melewati ujian gambar belum tentu juga mampu lewati ujian asli. Maka jangan mengatakan aku akan mampu melewati asli, maka biarkan aku mencoba lewati ujian gambar. Stop, berhenti berfikir seperti itu. Justru didik dirimu agar menjadi pribadi yang tangguh. Satu hal yang harus selalu kau ingat. Bila melawan diri untuk menunduk saat dihadapkan ujian gambar saja belum mampu, apalagi saat dihadapkan oleh ujian yang asli? Jadilah salah satu dari 7 orang yang mendapat naungan, cukup dengan menghindari semua perkara yang dapat menjerumuskanmu kepada zina. Baik itu zina mata, zina telinga, zina hati, bahkan zina-zina lain yang lebih berat kedzolimannya serta ingat! Tiada dosa yang kecil disisi Allah bagi orang-orang yang dekat merasa dekat dengan pencipta-Nya. Karena Ia maha teliti, sekaligus maha pengampun. Sesuatu yang ia haramkan sudah pasti buruk bagi hambanya, meski kadang si hamba tak tahu dampak buruk apa itu karena keterbatasan ilmu yang ia punya. Maka sebagai manusia yang cerdas, jangan pernah mencoba untuk mencari-cari perkara yang di mata Allah keji karena jalan yang ia tempuh itu adalah seburuk-buruknya jalan. Yaitu seburuk-buruknya jalan di sisi Allah. Bukankah Allah sediakan puasa bagi mereka yang belum mampu dan pahala tak terbatas bagi mereka yang mau sabar. Itulah sebaik-baik jalan yang kebanyakan manusia justru tidak mengerti dan tidak mau dimengertikan.
-         Aji
Tuesday, February 16, 2016. 9:27:14 AM
Hakikat_Pahala_dan_Dosa
Seseorang yang hanya tahu hakikat dosa dari ulama yang ia dengar mungkin akan meremehkan dosa. Tapi bagi mereka yang menerima kesadaran ini langsung dari Allah sudah tentu akan juga menerima kesadaran tentang hakikat pahala. Mengenai hakikat dosa, sesungguhnya ujian bagi manusia itu ada dua jenis Wallahu A’lam bisa lebih atas izin Allah, bisa juga salah karena ini sebatas secuil ilmu yang Allah titipkan di hati hambanya. Jenis yang pertama adalah ujian yang menimpa seseorang dan bentuk dari ujian itu tercakup dalam ilmu manusia. Tujuan Allah menguji dengan ujian yang pertama ini adalah untuk meningkatkan derajat manusia di sisinya sekaligus menguji ilmu yang telah Allah limpahkan dalam hati hamba tersebut. Sekaligus dengan ujian ini Allah akan dapat melihat dan menjadi nyata di sisi Allah apakah seseorang akan bersabar atas apa yang ia rasakan dan bersyukur saat menyadari Allah telah meningkatkan derajat disisinya dengan anugerah hikmah atau justru mencela takdir Allah yang dengan ujian kecil itu sebenarnya Allah hendak memuliakannya. Ujian yang kedua adalah ujian yang diluar jangkauan ilmu orang tersebut, contoh ini seperti yang dialami Nabi Adam As. Beliau diuji diluar kapasitas ilmunya sehingga beliau berbuat dosa atas izin Allah. Sebenarnya setiap orang yang berdosa keadaannya sama dengan nabi adam. Takdir telah tertulis dan mau tidak mau memang tinta di lauhil mahfudz sudah kering. Hanya saja belum nyata bagi kita apa yang akan kita hadapi di masa depan. Maka sangat dzalim kita menyalahkan takdir yang hakikatnya kita tidak pernah tahu sebelum kejadian itu benar-benar terjadi. Allah menguji seseorang terkadang diluar jangkauan ilmunya namun tidak pernah melebihi batas ilmunya. Allah dengan segala ilmu dan neraca keadilan yang tak tertandingi pasti tahu bahwa suatu ujian tidak mungkin diberikan kepada hambanya bila hambanya tidak mampu untuk mengatasinya. Solusi pasti ada bila mau mencari. Dengan ujian yang diluar jangkauan ini. Seseorang tentunya akan berdosa. Dan itulah yang memang Allah inginkan. Allah ingin kita berdosa bukan agar kita dapat diadzab. Andai Allah berniat mengadzab kita sudah pasti adzab itu akan langsung kita terima saat hentakan pertama hati kita mengalami kelalaian. Namun buktinya, peringatan Allah dari yang paling ringan seperti Al-Qur’an yang terbuka lebar kapanpun bisa dibaca hingga peringatan yang lebih besar kadang tidak membuat kita sadar sebenarnya apa yang Allah inginkan setelah kita bersikap lalai. Sungguh Allah menguji hambanya dengan dosa adalah semata-mata agar Allah dapat menunjukkan rahmatnya. Rahmat kasih sayangnya dapat ditunjukkan salah satunya adalah saat seseorang berbuat dosa kemudian Allah Azza Wa Jalla mengampuninya. Ini kasih sayang yang sungguh luar biasa bila kita mau menyadari. Maka Allah menguji seseorang dengan dosa yang ia tidak mampu menghindarinya karena keterbatasan ilmunya agar seseorang bertaubat kembali pada Allah lalu Allah mengampuninya dan dapat melimpahkan rahmatnya berupa ampunan serta memberikan kesempatan orang tersebut dengan ishlah perbaikan diri yaitu dengan mencari ilmu yang dapat menghindarkan dia dari terjerumusnya kedalam kubangan dosa yang sama untuk kedua kalinya. Allah Azza Wa Jalla hendak melihat apakah seseorang yang diuji tadi bertaubat dan melakukan ishlah atau justru berputus asa dari kasih sayang Allah disaat Allah Azza Wa Jalla sedang memberi kesempatan waktu dan menunggunya atau malah meremehkan dosa itu dan menganggap hari pembalasan tidak akan pernah diberlakukan padanya. Bila ia yakin bahwa timbangan hari akhir tidak akan ditegakkan. Sungguh ia telah menipu dirinya sendiri karena sesungguhnya setiap hati manusia itu awalnya memiliki keyakinan bahwa setiap perbuatan itu terbalas. Itu hukum Allah, dan itu hal yang pasti.
          Mengenai hakikat pahala. Ada satu hal yang unik disini, dibandingkan dengan umat nabi isa dan musa, umat Rasulullah mendapat keistimewaan sepuluh kali lipat. Hal ini dijelaskan dalam suatu riwayat bahwa Allah mengumpamakan umat nabi musa dan isa itu pekerja yang disewa agar bekerja hingga sore, namun siang harinya mereka tidak mau melanjutkan dan berhenti serta berkata mereka ingin dibayar padahal mereka mengingkari perjanjian. Sedangkan umat Rasulullah Shollalahu Alaihi Wa Sallam ibaratnya seperti pekerja yang menyelesaikan pekerjaan mereka sejak siang hingga sore. Singkat, namun mereka menuntaskan semua yang diminta sehingga semua upah yang harusnya diterima orang-orang tadi justru diterima umat terakhir. Hal yang unik ini nampak juga pada perbandingan antara catatan amal baik dan buruk. Niat saja sudah dihitung satu kebaikan sempurna. Ingat ada kata sempurna di sini, sedangkan bila dikerjakan akan digandakan sepuluh kali lipat seperti yang dijelaskan tadi atau bahkan bisa beratus-ratus lipat bila ilmu itu diamalkan dengan istiqomah bahkan diajarkan kepada yang lain. Ibaratnya seperti pekerja yang mengajak pekerja lain untuk membantunya, bukan malah berkurang jatahnya karena ada pesaing tapi justru mendapat bagian karena ikut mencarikan pekerja baru yang bersedia menyelesaikan tugas. Ini karena majikannya Dzat yang maha kaya. Namun ini hanya gambaran, bahkan seisi dunia pun tidak ada yang menyembahnya kerajaannya tidak berkurang secuilpun, kalaupun dikatakan berkurang hanyalah seperti berkurangnya laut saat diambil setetes airnya. Kekayaan Allah Al-Ghoni tentu masih jauh lebih luas dan megah dibanding dengan kerusakan apapun yang ditimbulkan manusia di muka bumi separah apapun kerusakan itu. Sedangkan bila berbuat keburukan dan masih terdetik dalam hati maka tidak dicatat. Dan mungkin itu berbeda dengan umat-umat sebelumnya yang bahkan saat terdetik pun sudah masuk catatan amal keburukan. Ini dapat terlihat dari riwayat yang menceritakan tentang Nabi Isa, sahabatnya, serta pencuri yang bertaubat. Wallahu A’lam Bisshowab. Sedangkan bila dikerjakan ditulis satu keburukan dan tanpa ada kata sempurna dalam lafadz riwayat dari Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Mengapa Umat Musa mendapat satu, musa satu, dan kita sepuluh? Itulah hak Allah. Allah meninggikan derajat siapapun sekehendaknya. Allah pun berbuat sesukaNya karena ia tidak pernah ditanya tentang kemahaadilannya. Justru kitalah yang akan ditanya karena kita adalah manusia kita makhluk ciptaannya. Satu hal yang pasti, Allah maha Adil, mustahil mendzolimi siapapun. Satu hal yang perlu kita sadari dan  syukuri adalah ketetapan Allah tentang adanya pahala dan dosa. Andai Allah hendak menghapus ketentuan pahala sehingga orang-orang yang berbuat baik tidak mendapatkan apa-apa. Bukankah kita rugi? Sebenarnya juga tidak, bila kita renungkan, sebenarnya tidak rugi juga andai pahala itu tidak ada. Kalau direnungkan dengan hati yang bersih dan mau mengakui kebenaran. Banyak ajaran Nabi yang bahkan di dunia pun sudah dapat dirasakan manfaatnya. Namun manfaat yang ada bersifat duniawi. Tetap tidak akan mungkin dapat disejajarkan dengan ketetapan Allah bahwa pahala itu ada, dosa itu ada, begitupun surga dan neraka bukan hanya sekedar janji tanpa bukti nyata. Sebenar apapun presepsi kita tentang pahala. Butuh tidaknya kita tentang keberadaan pahala. Allah tetap maha adil. Pahala itu ada, jelas ada, dan Allah Azza Wa Jalla yang maha tahu seperti apa keadaan sesungguhnya dari keberadaannya. Untuk merenungkan hakikatnya hingga benar-benar sempurna mungkin habis umur kita, itupun bahkan belum tentu menyingkap secuil dari rahasia ilmunya. Bagi orang yang berandai-andai bahwa pahala itu hanya sebatas di dunia. Atau pahala berupa surga itu tidak ada. Atau dengan liar setan membisikkan ke dalam pikirannya bahwa surga tidak kekal. Sungguh, mereka telah benar-benar merugi. Karena apapun yang terjadi keadilan Allah Azza Wa Jalla tak bisa diganggu gugat. Mari kita bersyukur karena sekali lagi andai Allah tidak menjadikan semua ini ketetapan, kita pasti akan hidup dengan penuh ketidakpastian.
-         Aji
Tuesday, February 16, 2016. 8:33:53 PM
Semesta_berdzikir
Semesta berdzikir dan bertawaf dengan suka ria
Maka ikutlah dengan jadikan hati ini sebagai ka’bah-Nya
Ia disana diatas Arsy namun lebih dekat dari kita
Melihat-Nya cukup dengan melihat hakikat kita
Kita sadar dari apa maka sadar pula proses cipta kita
Kita sadar adanya Ia harusnya sadar kita tiada apa-apanya
Dialah Allah yang maha mulia,
tempat kita mengabdi tak peduli pagi maupun senja
Semesta berdzikir dari putarnnya isyaratkan cinta
Maka relakan hati terpaut dengan sumber pencipta cinta
-         Aji
Sayap_Patah
Wahai sayap-sayap yang patah
Iblis mengejar pantang menyerah
Tanpa terluka tiada darah
Senjata ampuh hanyalah pasrah
-         Aji
Sunday, February 21, 2016. 4:44:46 PM
Cintailah aku karena aku orang Indonesia
Cintailah aku karena aku pakar bahasa arab
Cintailah aku karena aku adalah pemimpin yang adil
-         Aji
Tujuan Hidup
Allah menciptakanku untuk menjadi khalifah
Allah menciptakanku untuk menjadi pemimpin yang adil
Allah menciptakanku untuk memimpin seimbangnya bumi
Allah menciptakanku untuk menjadi imam para muttaqin
Allah menciptakanku untuk mengajarkan Al-Akhlaq Al-Qur’an sebagaimana apa yang telah diajarkan Rasulullullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam
Allah menciptakanku untuk menyebarkan islam ke penjuru dunia, tegakkan kalimat Allah Azza Wa Jalla & hukum-Nya
Allah menciptakanku semata-mata untuk kembali kepada-Nya kapanpun Ia mau dan melihat Wajah-Nya di Firdaus.
Laa Haula Walaa Quwwata Illa billah
Tiada daya upaya dari kami makhluk-Mu yang lemah kecuali atas izin-Mu, kecuali dari kekuatan yang kau titipkan pada Kami. Kami makhluk-Mu semata-mata diciptakan untuk mengesakan-Mu, menyembahmu-Mu, dan selalu mengharap ridho-Nya tiada peduli tempat maupun waktu. Ya Allah, jika memang suatu perkara itu baik bagi kami mudahkanlah kami menuju itu dan kokohkanlah hati kami dan tegapkanlah raga kami untuk meraih cita-cita itu. Sungguh, kami makhlukmu yang bodoh, dzolim, dan sering mengingkari nikmat tidak tahu apa-apa kecuali hanya apa yang engkau ajarkan pada kami Ya Allah. Berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat serta jauhkanlah kami dari api neraka. Aamiin.
-         Aji
Mereka punya motto kita punya syahadat
Mereka punya yoga kita punya sholat
Mereka punya sumbangan kita punya zakat
Mereka punya diet kita punya puasa
Mereka punya rekreasi kita punya haji
Mereka punya novel kita punya Al-Qur’an
Mereka punya musik kita punya tilawah
Mereka meditasi transendental kita dzikir pagi & petang
Mereka punya motivasi kita punya iman
Mereka punya televisi kita punya ihsan
Mereka punya CCTV kita punya malaikat
Mereka punya keserakahan kita punya kesederhanaan
Mereka punya kewenangan kita punya keadilan
Mereka punya hak asasi kita punya silaturahmi
Mereka punya genderisasi kita punya kebijakan
Mereka punya komputer kita punya akal
Mereka punya pesawat kita punya jiwa
Mereka punya peramal kita punya Nabi
Mereka punya puisi kita punya hati
Mereka punya sulap kita punya mu’jizat
Mereka punya makanan kita punya kesabaran
Mereka punya harta kita punya rasa syukur
Mereka punya kesehatan kita punya kerelaan
Mereka punya aturan kita punya islam
Mereka punya pimpinan kita punya Tuhan
-         Aji

Friday, February 26, 2016. 4:03:40 AM
باطن كل شيء خالقه
لأن كل شيء آياته
-        أجي
Saturday, February 27, 2016. 7:15:03 AM
Pemuda
Bumi pertiwi adalah milik para pemuda
Maka hindari memandang mereka sebelah mata
Walau belia mereka mampu terus berkarya
Urat mereka lebih panas dari naga
Semangat muda sudah pasti bergelora
Terabaikan adalah racun bagi mereka
Mendorong mereka menularkan yang dirasa
Mereka adalah jiwa-jiwa berselimut sukma
Dengan cidukan telapak mereka kuras isi samudera
Dengan kepalan tangan mereka runtuh-kan tembok baja
-         Aji
Amalan
Setiap amalan adalah tali ikhtiar untuk meminta pada yang maha kuasa.
Namun sang maha kuasa tak butuh media dalam proses pemberiannya.
Karena cahaya tak butuh media.
Cukup sadar membuka jiwa.
-         Aji
Biasakan muka pagi dan senja untuk menunduk.
Karena sungguh engkau dicipta untuk menunduk.
Di alam ruh engkau diminta untuk menunduk.
Di dalam rahim engkau diminta untuk menunduk.
Saat dilahirkan sudahlah pasti engkau tertunduk.
Belajar berjalan melihat kaki engkau menunduk.
Melihat mentari saat balita matamu tertunduk.
Melihat kekayaan tabiat aslimu mengajak tunduk.
Melihat cinta seluruh jiwamu pasrah dan tunduk.
Setiap keagungan ayat hatimu harusnya tertunduk.
Maka saat lantunan merambat di hati coba tunduk.
Tunduk, karena tak hanya di sini saja kau tertunduk.
Akan ada hari dimana engkau selalu tertunduk.
Di alam kubur pagi dan senja kau akan tertunduk.
Melihat maqom dan segala isinya hatimu tertunduk.
Di padang mahsyar karena panasnya kau tertunduk.
Saat ditimbang tiap amalmu hati pasrah dan tunduk.
Saat catatan buku hendak diterima kepalan tunduk.
Saat lembaran-lembaran terbuka mata tertunduk.
Saat malu menyelimuti segala yang ada diri tunduk.
Tiada berani memandang tuhan kecuali tertunduk.
Jembatan terbentang sejauh pandangan kaki tunduk.
Sepanjang titian mata melihat api sambil tertunduk.
Tiada cahaya kecuali cahaya-Nya bagi yang tunduk.
Maka tiga di dunia harus menjadikanmu tertunduk.
Pertama Al-Qur’an kepada imam makmum tunduk.
Kedua ibu bapak kepada mereka surga tunduk.
Ketiga Ihsan melihat syubhat mereka tertunduk.
-        Aji
Semerbak rindu tertiup lembut dalam benakku.
Tersirat muka berkilau rona memukau syahdu.
Kulihat bunga kuning nan harum bercabang lima.
Entah namanya namun kutahu indah rasanya.
Tak terjelaskan sebuah kemilau dalam hatiku.
Sebuah nama tak pernah tertulis dalam teoriku.
Kutatap dunia bukanlah fisik jiwanya surga.
Kutemukan ia bukan dzat-Nya tapi ayat-Nya.
Memandang tanda setiap hati tentunya sejuk.
Takjub terpukau menyeret jiwa pasrah tertunduk.
-        Aji
Segala perkara tampak lebih indah dari jauhnya.
Segores wajah berselimut kuman terpaut jaraknya.
Pepohon hutan dan semak belukar mengelilinginya.
Pelangi hujan mewarnai gunung dengan cahayanya.
Bulan berkilau bercelup kegelapan berhias permata.
Bumi berwarna bulat nan halus di teropong angkasa.
Uranus bersahabat neptunus berlarian penuh ceria.
Urusan takdir adalah rahasia keindahan wajah-Nya.
Manakala ciptaan tampak sudah pasti tersirat muka.
Mata hati melihat-Nya bukanlah lukisan namun rasa.
-        Aji
Orang yang tidak bersyukur itu dzolim.
Bukankah ia sadar bahwa nikmat itu dari tuhannya.
Bila ia melupakan yang memberi dan terlalu hanyut dengan nikmat pemberiannya, bukankah ia menyadari ada dua kenikmatan yang terpisah. Kenikmatan bersama Allah sendiri dan kenikmatan saat bersama makhluk sendiri tanpa merasa ada Allah. Bukankah ini sama saja menyekutukan Allah dengan makhluknya. Kita tahu riya’ adalah syirik dan syirik tentu kedzoliman paling besar yang sulit untuk diampuni. Lalu, seberapa sering kita berbuat sesuatu hanya semangat saat ada orang lain. Bukankah itu riya’? Bukankah riya’ itu syirik? Bukankah syirik kedzoliman yang paling agung? Kita tahu Allah adalah dzat yang maha agung maha mulia. Sungguh, seseorang tidak akan pernah benar-benar memuliakan tuhannya sebelum ia menyadari penciptaannya yang dulu hanya berupa segumpal darah kemudian merenungkanya. Untuk apalagi manusia ingin menghabiskan sisa umurnya bila bukan untuk segera bersujud?
-        Aji
Segera tentukan lima hal yang menjadi cita-cita hidupmu. Andai 5 menit lagi engkau meninggal. Silahkan memilih satu dari dua pilihan bila lima menit lagi anda benar-benar meninggal. Yang pertama, kau sudah tenang karena tak ada lagi yang mengganjal atau dengan kata lain semua asamu sudah terwujud. Dan kedua, anda merasa masih ada yang perlu dibenahi dalam hidup anda sehingga anda akan merasa lebih sukses dalam hidup jika keinginan itu sudah terpenuhi. Bila permintaan dibatasi hanya lima. Apa 5 harapanmu bila diizinkan hidup lagi dan kembali ke dunia?
Tentukan…!
Bila sudah, bayangkan ada bintang yang besar berkilau, sebelah kanannya muncul bintang lagi yang berkilau sebesar tadi persis, kemudian di sebelah kanannya lagi muncul gemerlap bintang berukuran sama, lalu muncul lagi disebelah kanannya bintang yang berukuran serupa, lalu di sebelah kanan empat bintang tadi muncul bintang kelima yang berupa titik lalu membesar seperti yang lainnya. Bayangkan kelima bintang di depat anda tadi masing-masing menjulurkan tali ke mata kiri anda sehingga mata kiri anda terikat oleh lima tali yang berhubungan dengan lima bintang itu. Kemudian bayangkan muncul tali baru di setiap bintang dan mengikat mata kanan anda sehingga kedua mata anda terikat tali. Bayangkan tali ketiga muncul menjulur dari setiap bintang dan mencoba mengikat mulut anda sehingga anda hanya terdiam seribu bahasa karena menerima dengan pasrah apa yang ada. Hingga seakan anda melihat cermin dan wajah dan penuh dengan banyak tali yang mengikat kedua mata dan mulut anda. Kemudian bayangkan muncul dari setiap bintang tadi tali keempat yang menjulur dan mengikat kedua telinga kiri anda dengan rapat sehingga anda hanya dapat mendengar suara dari kanan anda. Kemudian setelah anda sadar dan merasa telinga kiri anda terikat rapat sehingga suara dari kiri anda sunyi bayangkan tali kelima muncul dari setiap bintang tadi dan bergerak cepat menunju telinga kanan anda sehingga telinga kanan anda terkunci rapat oleh ikatan tali. Semakin anda mencoba menggunakan telinga kanan anda untuk mendengar komentar orang lain yang ingin menjatuhkan mimpi anda anda semakin tidak mendengar apa-apa. Dan semakin banyak celoteh orang yang tidak suka dan menghina anda anda akan semakin merasakan keheningan dan kedamaian karena suara negatiif yang mereka lantunkan tidak pernah melewati telinga anda dan kedua telinga anda sibuk mendengarkan keyakinan anda sendiri, mimpi, cita-cita, dan harapan yang disimbolkan oleh lima bintang tadi. Mulut anda juga masih terlihat terkunci rapat oleh berbagai serabut tali yang menjadikan anda sadar bahwa meraih mimpi bukan hanya bicara. Sejak detik ini rasakan bahwa mulut anda terkunci dan hati anda menyimpan lima bintang berkilau yang besar sehingga anda tidak mampu berbicara apa-apa sebelum kelima bintang itu benar-benar muncul di hadapan anda secara nyata. Mata anda juga terasa tidak nyaman dan terikat karena tidak mampu melihat apapun selain cahaya, sudah tidak ada lagi gemerlap apapun di depan anda yang mempengaruhi penglihatan anda  dari mata anda. Karena mimpi anda lebih berkilau, bintang anda lebih bersinar, dan cita-cita anda lebih tinggi, harapan anda lebih besar sehingga mata anda sudah penuh dengan cahaya. Dan sejak saat ini setiap anda yang berhasil melihat kelima mimpi itu dalam hati adalah orang yang paling bahagia karena mereka adalah orang-orang yang memperjuangkan mimpinya, mereka adalah satu dari jutaan manusia-manusia tanpa tujuan hidup yang benar-benar nyata. Anda akan menjadi manusia paling optimis dan percaya diri karena setiap hambatan, rintangan, kesulitan, kegagalan, kesedihan, kesepian dan hal apapun tidak pernah mengurangi pudarnya cahaya kelima bintang mimpi anda yang saat ini berusaha anda raih kelima-limanya, bukan salah satu, tapi anda mengejar lima bintang sekaligus karena kelima-limanya sudah sangat dekat dengan anda. Semakin anda mengejar, semakin anda bersemangat. Dan semakin anda bersemangat anda tenggelam dalam keyakinan yang mendalam bahwa.

“Apa yang anda perjuangkan kelak pasti terwujud,
anda bisa melihat itu berarti mampu meraihnya.”
Sekarang tatap dengan baik sekeliling anda, namun biarkan kelima bintang itu mengganjal menghiasi kepala anda. Kemanapun anda pergi, anda melihat lima bintang itu. Bahkan setiap anda menutup mata.
Baik, lima menit sudah berlalu, anda tadi telah meninggal dan diizinkan hidup lagi selama beberapa detik. Pergunakanlah sisa hidup anda karena anda tidak tahu berapa detik waktu yang kami berikan pada anda untuk menjalani kehidupan anda yang kedua ini. Sekarang anda terlahir seperti makhluk baru. Sekarang anda terlahir kembali sebagai manusia yang punya mimpi. Mimpi yang jelas. Sehingga hidup sejak hari ini hanyalah untuk mengejar mimpi. Segala hal yang tidak membawa anda pada kelima mimpi anda adalah hal yang sia-sia. Maka sejak detik ini anda telah meyakinkan diri anda dengan jiwa baru anda bahwa anda bukanlah manusia yang sia-sia, anda bukanlah manusia yang hidupnya berlalu sia-sia, dan anda adalah orang pertama yang akan menjauhi segala sesuatu yang menurut anda tidak berguna, sia-sia, dan mustahil akan anda bawa ketika kelak untuk kedua kalinya anda dicabut dan benar-benar menutup mata.
-        Aji
Sungguh tiada satu jiwa pun bebas dari pertanyaan kecuali mereka yang masuk surga tanpa hisab.
Empat pertanyaan, yang kurang lebih harus disiapkan oleh mereka yang merasa bernyawa ialah :
Seorang  alim akan ditanya tentang ilmunya, mengapa tidak diamalkan dengan sempurna?
Kalaupun sudah sempurna akan ditanyakan pula, mengapa tak sampaikan pada tiap yang ditemuinya?
Bagi yang bodoh pun akan ditanya tentang umurnya, mengapa puluhan tahun tak mau mencari ilmu-Nya?
Kalaupun mereka mendapat berbagai keterbatasan, mengapa tak gunakan hati meraih ampunannya?
-        Aji
Manusia masuk neraka atas izin Allah dan yang salah tetap mutlak manusia, ia sadar penciptanya punya aturan tapi dengan sombongnya dia sengaja ingin melanggar.
-         Aji
Dosa anak cucu adam dari dulu hingga kelak jelas itu-itu saja. Sama, mirip, dan terus berulang bagai lorong sejarah yang tiada ujung. Adakah yang dapat mengindari semua itu? Ulama! Orang yang benar-benar alim disisi Allah tidak akan terkecoh atas izinNya, aibnya terbuka lebar di depan mata hatinya hingga tiada tempat maupun waktu untuk terdetik apalagi mengurusi aib orang lain. Di dunia ia sudah terbiasa menjalani hisab, maka tidak heran sejak di dunia pun ia sudah mulai mencium aroma surga.
-         Aji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar