Menjadi Orang Baik
“Aku menyelam ke dalam samudera nafas.
Hamparan cahaya terbebas dari batas.
Jiwa bergolak tak akan pernah
berhenti.
Raga sadar entah sampai kapan ia
menanti.”
-
Aji
Rizky Aji Purwantara
Kata Pengantar
Pujian
tak terhingga bagi Beliau yang selalu menatapku.
Sholawat
& salam kepada pimpinanku sepanjang waktu.
Saudaraku,
engkau & aku layaknya kesatuan yang padu.
Bila
terluka,harusnya merasa. Bila kecewa, aku pun juga.
Namun entah kenapa kita enggan
bertegur sapa.
Hilangkah rasa itu? Lenyapkah cinta
itu?
Maka izinkan jiwamu ini menyambung
tali.
Aku ingin didengar. Karena aku
adalah jiwamu.
Sidoarjo, Friday, March
18, 2016
Rizky Aji Purwantara
Daftar Isi
Kebaikan……………………………………….
1
Kepedulian……………………………
2
Kemarahan…………………………………. 3
Kerakusan………………………………
4
Keheningan………………………………...
5
Perubahan………………………………
6
Kelebihan…………………………………..
7
Allah
Azza Wa Jalla…………………… 8
Profil
Penulis………………………….. 9
-PENILAIAN-
Penulis tak berani menghakimi atau
menilai apapun dan siapapun sebelum ia benar-benar tahu ilmunya.
Dianggap bodoh bukanlah suatu masalah
bagi penulis karena ia tahu yang memuliakan dan menghinakan makhluk adalah
mutlak kuasa Allah.
Hal
ini tertera jelas dalam kitab suci umat islam :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Isra:36)
Penulis
tidak terlalu suka menengok handphone kecuali dalam hal yang memang penting
menurutnya.
Bila ada hal
yang ingin didiskusikan anda bisa menghubungi beliau di nomor : 0877 - 9339 - 2475
13
-
PERSAHABATAN-
Dalam
hal persahabatan , penulis tidak pernah pilih-pilih.
Tapi ia tahu bahwa segala sesuatu
berasas prioritas.
Hal
ini tertera jelas dalam kitab suci umat islam :
“Ikutilah orang-orang yang
tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
(Yasin:21)
Itulah sahabat sejati, sahabat yang
selalu meng-ingatkan kepada kehidupan yang abadi, mengenalkan kepada Dzat Maha
pencipta yang paling tinggi, dan tak kenal henti menebar kebaikan seberat biji
sawi.
12
BAB I
Kebaikan
Aku tidak ragu. Semua jiwa ingin akhir yang baik.
Tapi,
apakah sebenarnya kebaikan itu?
Apakah memberi orang lain tanpa
alasan itu baik?
Memberi?
Mengapa kita harus memberi
orang lain?
Apa
yang akan kita dapat?
Kebahagiaan?
Lalu apa bedanya kita dengan orang
yang egois bila kita juga masih mengutamakan kebahagiaan diri sendiri?
1
BAB II
Kepedulian
Aku
ingin waktumu beberapa detik ini.
Jawab pertanyaanku bila engkau
memang mampu.
Mengapa
kau suka saat orang lain peduli kepadamu?
Padahal engkau tidak pernah
memikirkan kepedihan siapapun.
Apa maumu?
Dipedulikan tanpa mempedulikan?
Lalu
jadi apa dunia ini bila dipenuhi jiwa yang bersikap persis sepertimu?
2
-KEILMUAN-
Dalam hal keilmuan, penulis tidak
pernah pilih-pilih.
Tapi ia tahu bahwa segala sesuatu
berasas prioritas.
Hal
ini tertera jelas dalam kitab suci umat islam :
“Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan.” (Al-Alaq:1)
Karena pada ayat tersebut tidak
tertulis objeknya. Maka dapat kita pahami bahwa yang diinstruksikan Allah Azza
Wa Jalla adalah membaca apapun. Apapun, karena tanda-tanda kemahakuasaan Allah
Azza Wa Jalla adalah sesuatu yang tidak terbatas walau senantiasa kita
renungkan setiap pagi, siang, dan malam sepanjang alur cerita kehidupan kita.
11
Penulis
ingin menjadi pemimpin Islam yang adil, diridhoi, dan selalu dibimbing oleh
Allah Azza Wa Jalla sehingga dapat menegakkan kalimat Allahu Akbar di seluruh
penjuru dunia. Mohon do’anya ya! J
Penulis
benci pada setiap kebohongan, penipuan, kemunafikan dan ia adalah orang pertama
yang akan memaki-maki bila menurutnya hal itu memang perlu. Terutama bila sifat
itu menempel pada dirinya sendiri. Tidak ada manusia yang suci, penulis
menyadari itu dan itulah mengapa dia selalu sibuk mengoreksi pertama kali
kesalahannya.
Pedoman
hidup penulis adalah Al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya
[Al-Baqoroh:2]. Kalau ada orang yang dapat membuktikan kesalahan Al-Qur’an saat
ini juga penulis akan keluar dari agama islam.
Orang paling
bijak dan paling mengenal Allah Azza Wa Jalla adalah Baginda Rasulullullah
Shallalahu ‘Alaihi Wa Sallam. Orang yang belum mengenal beliau dan mengetahui
setiap ucapannya tidak berhak menilai beliau seenaknya.
10
BAB III
Kemarahan
Menurutmu sering memarahi sesama itu
baik?
Apakah engkau orang yang suka dimarahi?
Lantas mengapa engkau memarahi
setiap hal yang tidak sesuai dengan dirimu?
Kau fikir dirimu siapa berhak menilai
seseorang di hadapanmu?
Kau kira anakmu itu milikmu? Kau
kira engkau berhak memarahinya sesukamu? Lalu apa maumu?
Menurutmu kemarahan itu bentuk kasih
sayang?
Dusta!
Itulah yang akan kulontarkan dari bibirku.
Kasih sayang bukanlah kemarahan
setiap waktu.
Hanya sebuah peringatan
ringan pada saat-saat tertentu.
3
BAB
IV
Kerakusan
Apa
saja yang sudah melewati perutmu sejak kau lahir?
Kapan
kau puas?
Kapan kau tidak mengeluh?
Tidakkah
kau berfikir hari-harimu berlalu tanpa perubahan yang berarti?
Kutanya padamu apa yang kau kejar?
Iya,
itu penting… Tapi sepenting itukah?
Hingga mengabaikan dirimu?
Bahkan mengabaikan hatimu?
4
Profil Penulis
Penulis bukanlah siapa-siapa.
Tidak Lucu.
Membosankan.
Murah Senyum.
Peduli pada saudaranya, sahabatnya,
dan siapapun yang memang membutuhkan uluran tangannya.
Tapi ia punya prinsip. Bila sedang
ingin sendiri dengan Allah Azza Wa Jalla
tidak ada satupun makhluk yang boleh mengganggunya.
Suka membaca buku, menulis, bicara
(yang menurutnya penting), tapi yang paling ia sukai adalah mendengar.
Penulis lahir di Bojonegoro, tanggal
6 Juli 1995. Muda, tapi ia memiliki sebuah cita-cita.
9
BAB VIII
Allah Azza Wa Jalla
Siapakah Allah Azza Wa Jalla?
Mari
kita cari jawaban dari pertanyaan itu.
Bila belum mampu menjelaskannya.
Mungkin
akan selamanya hampa kehidupan kita di dunia.
8
BAB V
Keheningan
A . . .
5
BAB VI
Perubahan
Sekarang saatnya anda berubah.
Aku
tahu anda adalah orang yang suka tergesa-gesa.
Ketahuilah,
ITU
yang membuat anda tidak pernah menikmati anugerah hidup.
Coba lihat lembar-lembaran yang tadi
anda baca?
Anda melihatnya hanya sepintas…!
6
BAB VII
Kelebihan
Anda tidak lebih dari siapapun.
Anda
dan mereka adalah sama.
Mengapa?
Karena
anda adalah orang yang membanggakan
diri sendiri.
Mereka pun juga begitu.
Dan
kurasa semua orang yang belum sadar,
juga
merasa seperti itu.
Karena
kita sama.
Kita adalah orang-orang yang lalai.
7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar