1. LA ILAHA ILLALLAH – Tidak ada tuhan selain Allah.
2. ALLAH – Nama yang layak bagi Tuhan.
3. HU – Allah yang bertrandsenden.
4. HAQQ – Yang Mahabenar.
5. HAYY – Yang Mahahidup.
6. QAYYUM – Yang Mahamandiri.
7. QAHHAR – yang Maha Menaklukkan.
8. WAHHAB – Yang Maha Memeberi, tanpa batas, tanpa syarat
9. FATTAH – Yang Maha Membuka.
10. WAHID – Yang Maha Esa.
11. AHAD - Yang Maha Tunggal, Yang. Maha Esa.
12. SHAMAD – Yang Maha Memenuhi. segala kebutuhan.
Semua nama ini harus dilafalkan bukan hanya oleh lisan, melainkan juga oleh hati. Hanya setelah itulah mata hati akan melihat cahaya hakikat. Ketika cahaya suci zat Ilahi telah tampak, semua sifat jasmani menghilang dan segala sesuatu sirna. Inilah maqam fana – sirnanya segala sesuatu. Tampilan cahaya Ilahi menyirnakan semua cahaya lainnya.
“Segala sesuatu akan binasa kecuali Dia. (al-Qashash (28) : 88).
“Allah menghidupkan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia akehendaki), dan di sisi-Nyalah Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh). (al-Ra’d (13) : 39).
Ketika semuanya sirna, yagn ada secara kekal adalah ruh suci. Ia melihat dengan cahaya Allah. Ia melihat-Nya, Dia melihatnya. Ia meleihat melalui-Nya, ia melihat di dalam zat-Nya; ia melihat untuk-Nya. Tak ada citra, tak ada keserupaan dalam melihat-Nya, “Tak ada yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (al-Sura (42) : 11).
Setelah fana, yang ada hanyalah cahaya yang murni mutlak. Tak ada apa pun yagn dapat diketahui. Itulah maqam fana. Tak ada lagi pikiran untuk menyampaikan berita apa pun. Rasulullah saw. menjelaskan keadaan ini dengan sabdanya : “Suatu ketika aku pernah berada sangat dekat dengan Allah sehingga tak seorang pun, baik malaikat, rasul atau nabi, yang menjadi penghalang antara kami.”Itulah maqam kesendirian, ketika seseorang telah mengucilkan dirinya dari segala sesuatu kecuali Allah. Itulah maqam kebersatuan, seperti yang Allah perintahkan dalam sebuah hadis qudsi : “Menyendirilah dari semua dan temukanlah kebersatuan.”
Kesendirian itu dimulai dengan sirnanya segala yang duniawi. Setelah itu, kau akan memperoleh sifat-sifat Ilahi. Tulah makna sabda Rasulullah saw. : “Hiasi dirimu dengan sifat Allah.”
“Sucikanlah dirimu, benamkanlah dirimu dalam sifat-sifat Allah.”
HAJI RUHANI
Ibadah haji batin mensyaratkan persiapan yang matang dan bekal perjalanan yang memadai. Syarat pertama adalah menemukan seorang pembimbing, mursyid, atau guru, yang dicintai dan dihormatinya, yang dipercayai ddan didpatuhinya. Dialah yang akan membekalinya dan menjamin kebutuhannya.
Kemudian, sebelum berhaji ruhani, seseorang harus mempersiapan hatinya dengan senantiasa membaca kalimat : LA ilaha Ilallah, seraya terus ingat kepada Allah. Cara itu akan membangkitkan dan menghidupkan hati yang telah terjaga. Ingatan kepada Allah itu harus terus di jaga hingga seluruh wujud batin disucikan dari segala sesuatu selain Dia.
Setelah penyucian batin, ia harus membaca nama-nama sifat Allah untuk menyalakan cahaya keindahan dan karunia Allah. Dalam pancaran cahaya itulah ia dapat berharap melihat Ka’bah hakiki. Allah memerintahkan nabi-Nya, Ibrahim dan Ismail untuk menjalankan penyucian ini :
“Janganlah mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku itu bagi orang-orang yagn tawaf. (al-Hajj (22) : 26).
Ka’bah yang berdiri di kota suci Makkah senantiasa suci bagi orang-orang yang beribadah. Namun, bagaimanakah kita menjaga kesucian Ka’bah ruhani yang padanya kita melihat Hakikat?!
Setelah semua persiapan ini, ia harus membenamkan dirinya dalam cahaya ruh suci, seraya mengubah bentuk jasmaninya menjadi hakikat batin, dan melaksanakan tawaf mengitari Ka’bah hati dengan membaca nama kedua Allah – ALLAH – nama yang layak bagi Tuhan. Ia berjalan memutar, karena jalan hakikat tidaklah lurus, tetapi melingkar. Titik akhirnya adalah titik awalnya.
Kemudian bergerak menuju Rafah ruhani, tempat zikir batin, tempat seseorang berharap dapat mengetahui rahasia. : “Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.” Di sana ia berdiri seraya membaca nama-Nya yang ketiga, HU – tidak sendirian namun bersama-Nya, sebab Allah berfirman : “Dan Dia bersamamu di mana pun engkau berada.” (a; Hadid (57) : 4). Lalu membaca nama-Nya yang keempat – HAQQ, Yang Maha Benar, nama cahaya zat Allah – dan setelah itu nama-Nya yang kelima HAYY, Yang Maha Hidup yang menjadi sumber segala kehidupan. Setelah itu ia menggabungkan nama-Nya Yang Maha Hidup dengann nama-Nya yagn keenam – QAYYUM, Yang Mahamandiri, yang kepada-Nya semua wujud membutuhkan. Ini akan membawnya ke Muzdalifah ruhani.
Kemudian ia dibawa ke Mina rahasisa ssuci, hakikat. Di sana ia membaca nama-Nya yang ke tujuh – QAHHAR – Yang Maha Menaklukkan. Dengan kekuatan nama itu, diri dan keakuan dikorbankan. Tab ir kekufuran dimusnahkan dan pintu kehampaan sirna.
Mengenai tabir yang memisahkan makhluk dari Sang Khalik, Rasulullah saw. bersabda : “Iman dan kufur berada pada sebuah tempta di bawah Arasy. Keduanya merupakan tabir yang memisahkan Tuhan dari pandangan para hamba-Nya; yang satu hitam dan yang lainnya putih.”
Kemudian kepala ruh suci tertutup oleh sifat-sifat jasmani.
Dengan membaca nama-Nya kedelapan, WAHHAB – Yang Maha Memeberi, tanpa batas, tanpa syarat – ia memasuki kawasan suci Hakikat. Di sana ia membaca nama-Nya yang kesembilan – FATTAH, Yang Maha Membuka segala yang tertutup.
Kemudian ia memasuki tempat kekhusyukan, berdiam di sama dalam penyendirian di hadapan Allah, did alam kedekatan kepada-Nya, dan jauh dari segala sesuatu yang lain seraya membaca nama-Nya yang kesepuluh, WAHID – Allah Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tak ada yang menyerupia-Nya. Di sana ia mulai meliaht sifat-sifat-Nya, SHAMAD, Yang Memenuhi Segala Kebutuhan. Ia melihat awal perbendaharaan tak terbatas ini. Itulah penglihatan tanpa bentuk maupun rupa, yang menyerupai ketiadaan.
Dimulailah tawaf yagn terakhir seraya membaca enam nama-Nya yang terakhir ditambah nama-Nya yang kesebelas, AHAD – Yang Maha Tunggal, Yang Maha ESA. KEMUDIAN IA MINUM DARI TANGAN KEDEKATAN Allah : “Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (al-Insan (76) : 21). Gelas tempat air minumnya adalah nama-Nya yang keduabelas, SHAMAD – Yang Maha Memenuhi segala kebutuhan.
Setelah meminum dari mata air ini, ia akan melihat semuat abir terangkat dari wajah yang kekal. Ia menatapnya dengan cahaya yang munul darinya. Di alam hakikat itu, tak ada keserupaan, baik bentuk maupun rupa. Alam itu tak terlukiskan dan tak dapat dibayangkan; alam itu tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati manusia. Firman Allah terdengar tanpa suara dan tak dapat dilihat seperti kata yagn dituliskan. Kebahagiaan yang belum pernah dirasakan manusia adalah kebahagiaan melihat hakikat Allag Swt. dan mendengar firman-Nya.
Selengkapnya, klik tautan di bawah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar