Asmak berasal dari bahasa arab, ismun yang berarti kata benda. Asmak adalah jama' dari ismun. Secara bahasa, asmak dapat secara umum diartikan nama - nama. Entah itu nama benda, nama hewan, nama tumbuhan, dan nama - nama lainnya bahkan nama manusia. Namun, dalam literatur al-Qur'an, asmak ini menjadi begitu istimewa, mengapa? Karena Nabi Adam 'Alaihissalam, nenek moyang seluruh manusia dikatakan lebih unggul dari malaikat sebab beliau menguasai asmak. Dan inilah syarat menjadi khalifah, wakil Allah di muka bumi harus paham apa itu asmak, tahu nama - nama segala sesuatu. Ini tanah, ini air, ini udara, ini apa itu apa dan sebagainya.
Nabi Adam 'Alaihissalam secara intelektual spiritual memiliki ruh yang berpotensi untuk menerima asmak ini secara langsung dari Allah. Itu bedanya dengan para malaikat yang tidak tahu apa itu asmak. Malaikat memiliki ruh juga, namun jenis ruhnya bukan ruh untuk menerima 'instalasi' asmak yang berasal dari Allah.
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
وعلم آدم الأسماء كلها ثم عرضهم على الملائكة فقال أنبؤوني بأسماء هؤلاء إن كنتم صادقين. قالوا سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم
Dan Allah mengajarkan seluruh asmak (instalasi) kemudian menampakannya kepada para malaikat. Hingga Allah bertanya pada para malaikat, 'Tunjukkanlah kepada-Ku, seluruh asmak (yang kuajarkan pada Adam tadi) jika kalian memang golongan yang benar." (Karena di ayat 30 surat al-Baqarah para malaikat tidak setuju dengan adanya manusia sebagai -khalifah/wakil Allah- di muka bumi).
Maka, para malaikat pun menjawab:
"Maha suci Engkau Ya Allah, tiada pengetahuan yang kami punya melainkan itu berasal dari Engkau"
(al-Baqarah 31 - 32)
Pembahasan mengenai asmak dalam literatur sufi cukup mendalam dan luas, intinya, pemilik asmak sejati itu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa, sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla, di surat al-An'am ayat 180.
"Milik Allah-lah asmak al-husna itu maka memohonlah pada-Nya (melalui asmak itu). Dan tinggalkanlah orang orang yang menyimpang dalam menggunakan asmak itu. Kami akan membalas apa yang telah mereka perbuat."
Melalui ayat ini, bisa kita ambil kesimpulan bahwa pengguna asmak terbagi menjadi dua kubu: lurus dan menyimpang. Bukan tugas kita menghakimi mereka. Karena itu urusan Allah apakah hendak mengampuni atau justru membalas penyimpangan mereka. Cukuplah Allah sebagai saksi.
Bagi kita, seorang muslim, perlu tahu ada sebuah ayat dalam kitab suci al-Qur'an yang mengandung banyak asmak, yaitu surat al-An'am ayat 180.
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Hasyr [59]: 21-24)
Rizky Aji Purwantara, S.Hum.
081237733986